Entri Populer

Sabtu, 18 Juni 2011

judul Lagu terpanjang didunia versi ala gue

pada tahun 1987 Game Theory mengeluarkan album Lolita Nation, dan lagu ke 22 yang berjudul :

All Clockwork and No Bodily Fluids Makes Hal a Dull Metal Humbert In Heaven Every Elephant Baby Wants to Be So Full of Sting Paul Simon in the Park with Canticle – But You Can't Pick Your Friends Vacuum Genesis DEFMACROS HOWSOMETH INGDOTIME SALENGTHS OMETHINGL ETBFOLLOW AAFTERNOO NGETPRESE NTMOMENTI FTHINGSWO NTALWAYSB ETHISWAYT BCACAUSEA BWASTEAFT ERNOONWHE NEQBMERET URNFROMSH OWLITTLEG REENPLACE 27

Rabu, 15 Juni 2011

kumpulan resep-resep masakan ala gue

Pepes Ikan Mas Duri Lunak - Bahan-Bahan

2 Ekor Ikan Mas yang telah dibersihkan dan berukuran besar
1 Lembar Daun Pisang untuk bungkus secukupnya, dipanggang sebentar di api untuk melemaskan, atau dijemur

Bumbu-Bumbu

Bumbu Halus
5 siung Bawang Putih
10 siung Bawang Merah
2 potong kuyit ukuran sedang (5cm)
5 batang serai ambil bagian dalamnya, cincang halus

semua bahan ini dapat ditumbuk atau diparut

Bumbu Iris
1 ikat Bawang Daun (iris memanjang)
1 ikat daun kemangi (bersihkan, buang batang yang keras)
2 buah tomat ukuran sedang (potong-potong)
4 lembar daun salam
2 potong Jahe ukuran sedang (iris memanjang)
2 potong Lengkuas ukuran sedang (iris memanjang)

Tambahkan cabe rawit utuh atau irisan cabai merah bila suka.

Lumuri ikan mas dengan garam, biarkan meresap. Bila ingin mengurangi anyir tambahkan perasan jeruk nipis.
Bawang daun dan kemangi, diberi minyak goreng, tambahkan garam dan bumbu masak (misal Royco atau Maggi block) remas-remas sampai lemas. Bumbu lainnya dilumurkan kepada ikan masukan pula sebagian bumbu halus kedalam tubuh ikan, tambahkan bumbu iris dan bawang dan kemangi yang telah lemas tersebut.

Bungkus Ikan Mas dengan daun pisang, bisa direbus dengan air atau dikukus. Perlu diingat untuk mendapatkan pepes ikan mas tulang lunak ini lama memasaknya kurang lebih sekitar 8 jam. Setelah selesai, tiriskan. Agar harum dan wangi daun pisangnya menjadi unik, pangganglah pepes ikan ini sampai daun pisangnya agak-agak hangus dan berbau harum. 

GALANTIN

Bahan:
  • 200 gram daging sapi cincang
  • 1 butir telur
  • 2 sendok makan tepung roti
  • 3 sendok makan susu cair
  • 1 sendok makan kecap inggris
  • Garam, merica, gula secukupnya
  • 1 sendok makan mentega
  • Alumunium foil poles mentega
  • 12 butir telur puyuh, rebus, kupas
  • 2 sendok makan mentega
Saus:
  • 2 sendok makan mentega
  • 1/2 buah bawang bombay yang kecil, potong-potong
  • Garam, merica, gula secukupnya
  • 1 sendok makan kecap inggris
  • 1 gelas kaldu + 1 sendok teh tepung maizena
  • 2 sendok makan saus tomat
  • 2 sendok makan kecap manis
Pelengkap:
  • Wortel, buncis brokoli, direbus
  • Kentang goreng
Cara membuat:
  • Campur daging, telur, tepung roti, susu, kecap inggris, garam, merica, gula secukupnya, mentega. Aduk rata.
  • Daging diratakan di alumunium foil, beri telur puyuh. Gulung.
  • Kukus 15 menit sampai matang. Buka.
  • Panaskan mentega. Goreng daging gulung sampai kecokelatan. Potong-potong setebal jari.
  • Sajikan dengan saus dan sayuran.

Timlo Solo

Bahan:

250 gram fillet ayam, rebus, suwir-suwir

  • 2 siung bawang putih, haluskan
  • 3 butir bawang merah, haluskan
  • 3 sdm kecap manis
  • 1/4 sdt garam
  • Telur pindang
  • 4 butir telur rebus, kupas
  • 1.000 ml air
  • 1 genggam kulit bawang merah/bawang putih
  • 5 lembar daun salam
  • 10 lembar daun jambu biji (jambu klutuk)
  • 1 sdm garam
Kuah:
  • 3 sdm minyak goreng, untuk menumis
  • 4 siung bawang putih, memarkan, cincang halus
  • 1 batang daung bawang, iris halus
  • 1 batang serai, memarkan
  • 2 lembar daun jeruk purut
  • 1.000 ml kaldu ayam
  • 1 sdt merica bubuk
  • 1.5 sdt garam
Pelengkap:
  • 5 buah hati ayam, rebus dengan bawang dan garam, potong-potong
  • 5 buah sosis solo, potong-potong
  • Cara membuat:
Ayam timlo: tumis bawang putih dan bawang merah hingga harum.
Masukkan ayam suwir, tambahkan kecap dan garam.
  1. Tuangi dengan sedikit air, masak hingga bumbu meresap dan air menyusut. Angkat.
  2. Telur pindang: rebus air bersama semua bumbu hingga mendidih.
  3. Masukkan telur rebus, didihkan kembali. Angkat, diamkan beberapa saat hingga warna kulit telur berubah kecokelatan. Tiriskan.
  4. Kuah: panaskan minyak goreng. Tumis bawang putih, daun bawang, serai, dan daun jeruk hingga harum.
  5. Masukkan tumisan bumbu, merica, dan garam ke dalam kaldu ayam.
  6. Rebus hingga mendidih. Angkat
  7. Letakkan ayam suwir, telur pindang, hati ayam, dan potongan sosis solo didalam mangkuk. Siram dengan kuah panas.
  8. Sajikan bersama nasi putih hangat yang ditaburi bawang merah goreng (untuk 5 pors

 

Senin, 13 Juni 2011

Gambar-gambar lucu

sang raja dangdut roma irama telah merilis albumnya di games ps3 dangdoet
heroes........... 
ternyata telah digosipkan afgan memiliki saudara kembar.........


muslim united kalah telak oleh barcelona 3-1

 album baru tukul...............zzzzzz
game Xbox keluaran baru......zzzzzz

band bentukan OVJ.........zzzzzzzz








             

               


  

Manchaster United F.C

                                                                  

Manchester United F.C. (biasa disingkat Man Utd, Man United atau hanya MU) adalah sebuah klub sepak bola papan atas di Inggris yang berbasis di Old Trafford, Manchester,
Dibentuk sebagai Newton Heath L&YR F.C. pada 1878 sebagai tim sepak bola depot Perusahaan Kereta Api Lancashire dan Yorkshire Railway di Newton Heath, namanya berganti menjadi Manchester United pada 1902.
Meski sejak dulu telah termasuk salah satu tim terkuat di Inggris, barulah sejak 1993 Manchester United meraih dominasi yang besar di kejuaraan domestik di bawah arahan Sir Alex Ferguson - dominasi dengan skala yang tidak terlihat sejak berakhirnya era Liverpool F.C. pada pertengahan 1970-an dan awal 1980-an. Sejak bergulirnya era Premiership di tahun 1992, Manchester United adalah tim yang paling sukses dengan dua belas kali merebut trofi juara.
Meskipun sukses di kompetisi domestik, kesuksesan tersebut masih sulit diulangi di kejuaraan Eropa; mereka hanya pernah meraih juara di Liga Champions tiga kali sepanjang sejarahnya (1968, 1999, 2008).
Sejak musim 86-87, mereka telah meraih 22 trofi besar - jumlah ini merupakan yang terbanyak di antara klub-klub Liga Utama Inggris. Mereka telah memenangi 19 trofi juara Liga Utama Inggris (termasuk saat masih disebut Divisi Satu). Pada tahun 1968, mereka menjadi tim Inggris pertama yang berhasil memenangi Liga Champions Eropa, setelah mengalahkan S.L. Benfica 4–1, dan mereka memenangi Liga Champions Eropa untuk kedua kalinya pada tahun 1999 dan sekali lagi pada tahun 2008 setelah mengalahkan Chelsea F.C. di final. Mereka juga memegang rekor memenangi Piala FA sebanyak 11 kali.[2] Pada 2008, mereka menjadi klub Inggris pertama dan klub Eropa kedua yang berhasil menjadi Juara Dunia Antarklub FIFA.
Pada 12 Mei 2005, pengusaha Amerika Serikat Malcolm Glazer menjadi pemilik klub dengan membeli mayoritas saham yang bernilai £800 juta (US$1,47 milyar) diikuti dengan banyak protes dari para pendukung fanatik.

Sejarah

 

Tim pertama kali dibentuk dengan nama Newton Heath Lancashire and Yorkshire Railwaiy F.C. pada 1878 sebagai tim karya Lancashire dan Yorkshire, stasiun kereta api di Newton Heath. Kaos tim berwarna hijau - emas. Mereka bermain di sebuah lapangan kecil di North Road, dekat stasiun kereta api Piccadilly Manchester selama lima belas tahun, sebelum pindah ke Bank Street di kota dekat Clayton pada 1893. Tim sudah memasuki kompetisi sepak bola tahun sebelumnya dan mulai memutuskan hubungannya dengan stasiun kereta api, menjadi perusahaan mandiri, mengangkat seorang sekretaris perkumpulan dan pengedropan "L&YR" dari nama mereka untuk menjadi Newton Heath F.C saja..
Tak lama kemudian, di tahun 1902, tim nyaris bangkrut, dengan utang lebih dari £2500. Lapangan Bank Street mereka telah ditutup.[3]
Sebelum tim mereka bubar, mereka menerima investasi dari J. H. Davies*, direktur Manchester Breweries. Awalnya, seorang legenda tim, Harry Stafford, yang merupakan kapten tim, memamerkan anjing St. Bernardnya**, kemudian Davies memutuskan untuk membeli anjing itu. Stafford menolak, tetapi berhasil memengaruhi Davies untuk menannamkan modal pada tim dan menjadi chairman tim.[4] Diadakan rapat untuk mengganti nama perkumpulan. Manchester Central dan Manchester Celtic adalah nama yang diusulkan, sebelum Louis Rocca, seorang imigran muda asal Italia, berkata "Tuan-tuan, mengapa kita tidak menggunakan nama Manchester United?"[5] Nama ditetapkan dan Manchester United secara resmi eksis mulai 26 April 1902. Davies juga memutuskan untuk mengganti warna tim dan terpilihlah warna merah dan putih sebagai warna tim Manchester United.

Ernest Mangnall ditunjuk menjadi sekretaris klub menggantikan James West yang mengundurkan diri pada tanggal 28 September 1902. Mangnall bekerja keras untuk mengangkat tim ke Divisi Satu dan gagal pada upaya pertamanya, menempati urutan 5 Liga Divisi Dua. Mangnall memutuskan untuk menambah sejumlah pemain ke dalam klub dan merekrut pemain seperti Harry Moger, Dick Duckworth, dan John Picken, ada juga Charlie Roberts yang membuat dampak besar. Dia dibeli £750 dari Grimsby Town pada April 1904, dan membawa tim ke posisi tiga klasmen akhir musim 1903-1904.
Mereka kemudian berpromosi ke Divisi Satu setelah finis diurutan dua Divisi Dua musim 1905–06. Musim pertama mereka di Divisi Satu berakhir kurang baik, mereka menempati urutan 8 klasmen. Akhirnya mereka memenangkan gelar liga pertamanya pada tahun 1908. Manchester City sedang diselidiki karena menggaji pemain diatas regulasi yang ditetapkan FA. Mereka didenda £250 dan delapan belas pemain mereka dihukum tidak boleh bermain untuk mereka lagi. United dengan cepat mengambil kesempatan dari situasi ini, merekrut Billy Meredith dan Sandy Turnbull, dan lainnya. Pemain baru ini tidak boleh bermain dahulu sebelum tahun Baru 1907, akibat dari skors dari FA. Mereka mulai bermain pada musim 1907–08 dan United membidik gelar juara saat itu. Kemenangan 2–1 atas Sheffield United memulai kemenangan beruntun sepuluh kali United. Namun pada akhirnya, mereka tutup musim dengan keunggulan 9 poin dari rival mereka, Aston Villa.
Klub membutuhkan waktu dua tahun untuk membawa trofi lagi, mereka memenangkan trofi Liga Divisi Satu untuk kedua kalinya pada musim 1910–11. United pindah ke lapangan barunya Old Trafford. Mereka memainkan pertandingan pertamanya di Old Trafford pada tanggal 19 Februari 1910 melawan Liverpool, tetapi mereka kalah 4-3. Mereka tidak mendapat trofi lagi pada musim 1911–12, mereka tidak didukung oleh Mangnall lagi karena dia pindah ke Manchester City setelah 10 tahunnya bersama United. Setelah itu, mereka 41 tahun bermain tanpa memenangkan satu trofi pun.
United kembali terdegradasi pada tahun 1922 setelah sepuluh tahun bermain di Divisi Satu. Mereka naik divisi lagi tahun 1925, tetapi kesulitan untuk masuk jajaran papan atas liga Divisi Satu dan mereka turun divisi lagi pada tahun 1931. United meraih mencapaian terendah sepanjang sejarahnya yaitu posisi 20 klasemen Divisi Dua 1934. kekuatan mereka kembali ketika musim 1938–39.
Keterangan:
       Pemilik Manchester United yang pertama
  • St. Bernard akhirnya menjadi maskot MU yang pertama dari tahun 1902-1906

Era Sir Matt Busby Busby (1945–1969)

 

Pada tahun 1945, Matt Busby ditunjuk menjadi manager dari tim yang berbasis di Old Trafford ini. Dia meminta sesuatu yang tidak biasa pada pekerjaannya, seperti menunujuk tim sendiri, memilih pemain yang akan direkrut sendiri dan menentukan jadwal latihan para pemain sendiri. Dia telah kehilangan lowongan manager di klub lain, Liverpool F.C., karena pekerjaan yang diinginkannya itu dirasa petinggi Liverpool adalah pekerjaan seorang direktur, tetapi United memberikan kesempatan untuk ide inovatifnya. Pertama, Busby tidak merekrut pemain, melainkan seorang asisten manager yang bernama Jimmy Murphy. Keputusan menunjuk Busby sebagai manager merupakan keputusan yang sangat tepat, Busby membayar kepercayaan pengurus dengan mengantar United ke posisi kedua liga pada tahun 1947, 1948 and 1949 dan memenangkan Piala FA tahun 1948. Stan Pearson, Jack Rowley, Allenby Chilton, dan Charlie Mitten memiliki andil yang besar dalam pencapaian United ini.
Charlie Mitten pulang ke Colombia untuk mencari bayaran yang lebih baik, tetapi kemampuan pemain senior United tidak menurun dan kembali meraih gelar Divisi Satu pada 1952. Busby tahu, bahwa tim sepak bola tidak hanya membutuhkan pengalaman pemainnya, maka, dia juga berpikir untuk memasukkan beberapa pemain muda. Pertama-tama, pemain muda seperti Roger Byrne, Bill Foulkes, Mark Jones dan Dennis Viollet, membutuhkan waktu untuk menunjukkan permainan terbaik mereka, akibatnya United tergelincir ke posisi 8 pada 1953, tetapi tim kembali memenangkan liga tahun 1956 dengan tim yang usia rata-rata pemainnya hanya 22 tahun, mencetak 103 gol. Kebijakan tentang pemain muda ini mengantarkannya menjadi salah satu manager yang paling sukses menangani Manchester United (pertengahan 1950-an, pertengahan akhir 1960-an dan 1990-an). Busby mempunyai pemain bertalenta tinggi yang bernama Duncan Edwards. Pemuda asal Dudley, West Midlands memainkan debutnya pada umur 16 tahun di 1953. Edwards dikatakan dapat bermain disegala posisi dan banyak yang melihatnya bermain mengatakan bahwa dia adalah pemain terbaik. Musim berikutnya, 1956–57, mereka menang liga kembali dan mencapai final Piala FA, kalah dari Aston Villa. Mereka menjadi tim Inggris pertama yang ikut serta dalam kompetisi Piala Champions Eropa, atas kebijakan FA. Musim lalu, FA membatalkan hak Chelsea untuk tampil di Piala Champions. United dapat mencapai babak semi-final dan kemudian dikandaskan Real Madrid. Dalam perjalanannya ke semi-final, United juga mencatatkan kemenangan yang tetap menunjukkan bahwa mereka adalah tim besar, mengalahkan tim juara Belgia Anderlecht 10–0 di Maine Road.

Tragedi terjadi pada musim berikutnya, ketika pesawat membawa tim pulang dari pertandingan Piala Champions Eropa mengalami kecelakaan saat mendarat di Munich, Jerman untuk mengisi bahan bakar. Tragedi Munich air tanggal 6 Februari 1958 merenggut nyawa 8 pemain tim - Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Duncan Edwards, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor dan Liam "Billy" Whelan - dan 15 penumpang lainnya, termasuk beberapa staf United, Walter Crickmer, Bert Whalley dan Tom Curry.[6] Terjadi 2 kali pendaratan sebelum yang ketiga terjadi kesalahan fatal, yang disebabkan tidak stabilnya kecepatan pesawat karena adanya lumpur. Penjaga gawang United Harry Gregg mempertahankan kesadaran saat kecelakaan itu dan dibawah ketakutan pesawat akan meledak, menyelamatkan Bobby Charlton dan Dennis Viollet dengan mengencangkan sabuk pengamannya. Tujuh pemain United menginggal dunia di tempat sedangkan Duncan Edwards tewas ketika perjalanan menuju rumah sakit. Sayap kanan Johnny Berry juga selamat dari kecelakaan itu, tetapi cedera membuat karier sepak bolanya berakhir cepat. Dokter Munich mengatakan bahwa Matt Busby tidak memiliki banyak harapan, namun ia pulih dengan ajaibnya dan akhirnya keluar dari rumah sakit setelah dua bulan dirawat di rumah sakit.
Ada rumor bahwa tim akan mengundurkan diri dari kompetisi, namun Jimmy Murphy mengambil alih posisi manager ketika Busby dirawat di rumah sakit, klub melanjutkan kompetisinya. Meskipun kehilangan pemain, mereka mencapai final Piala FA 1958, dimana mereka kalah dari Bolton Wanderers. Akhir musim, UEFA menawarkan FA untuk dapat mengirimkan United dan juara liga Wolverhampton Wanderers untuk berpartisipasi di Piala Champions untuk penghargaan kepada para korban kecelakaan, namun FA menolak. United menekan Wolves pada musim berikutnya dan menyelesaikan liga di posisi kedua klasemen; tidak buruk untuk sebuah tim yang kehilangan sembilan pemain akibat tragedi Munich air.
Busby membangun kembali tim di awal dekade 60-an, membeli pemain seperti Denis Law dan Pat Crerand. Mungkin orang yang paling terkenal dari sejumlah pemain muda ini adalah pemuda Belfast yang bernama George Best. Best memiliki keatletikkan yang sangat langka. Tim memenangkan Piala FA tahun 1963, walaupun hanya finis diurutan 19 Divisi Satu. Keberhasilan di Piala FA membuat pemain menjadi termotivasi dan membuat klub terangkat pada posisi kedua liga tahun 1964, dan memenangkan liga tahun 1965 dan 1967. United memenangkan Piala Champions Eropa 1968, mengalahkan tim asuhan Eusébio SL Benfica 4–1 dipertandingan final, menjadi tim Inggis pertama yang memenagkan kompetisi ini. Tim United saat itu memiliki Pemain Terbaik Eropa, yaitu: Bobby Charlton, Denis Law and George Best. Matt Busby mengundurkan diri pada tahun 1969 dan digantikan oleh pelatih tim cadangan, Wilf McGuinness.


Masa sulit (1969–1986)

Setelah masa yang gemilang, United mengalami masa-masa sulit ketika ditangani Wilf McGuinness, selesai diurutan delapan liga pada musim 1969–70. Kemudian dia mengawali musim 1970–71 dengan buruk, sehingga McGuinness kembali turun jabatan menjadi pelatih tim cadangan. Busby kembali melatih United, walaupun hanya 6 bulan. Dibawah asuhan Busby, United mendapat hasil yang lebih baik, namun pada akhirnya ia meninggalkan klub pada tahun 1971. Dalam waktu itu, United kehilangan beberapa pemain kuncinya seperti Nobby Stiles dan Pat Crerand.
Manager Celtic yang berhasil membawa Piala Champions ke Glasgow, Jock Stein, ditunjuk untuk mengisi posisi manager — Stein telah menyetujui kontrak secara verbal dengan United, tetapi membatalkannya — . Frank O'Farrell ditunjuk sebagai suksesor Busby. Seperti McGuinness, O'Farrell tidak bertahan lebih dari 18 bulan, bedanya hanya O'Farrell bereaksi untuk menanggulangi penampilan buruk dari United dengan membawa muka baru ke dalam klub, yang paling nyata adalah direkrutnya Martin Buchan dari Aberdeen seharga £125,000. Tommy Docherty menjadi manager diakhir 1972. Docherty, atau "Doc", menyelamatkan United dari degradasi namun United terdegradasi pada 1974, yang saat itu trio Best, Law and Charlton telah meninggalkan klub. Denis Law pindah ke Manchester City pada musim panas tahun 1973. Pemain seperti Lou Macari, Stewart Houston dan Brian Greenhoff direkrut untuk menggantikan Best, Law and Charlton, namun tidak menghasilkan apa-apa.
Tim meraih promosi pada tahun pertamanya di Divisi Dua, dengan peran besar pemain muda berbakat Steve Coppell yang bermain baik pada musim pertamanya bersama United, bergabung dari Tranmere Rovers. United mencapai Final Piala FA tahun 1976, tetapi mereka dikalahkan Southampton. Mereka mencapai final lagi tahun 1977 dan mengalahkan Liverpool 2–1. Didalam kesuksesan ini, Docherty dipecat karena diketahui memiliki hubungan dengan istri fisioterapi.
Dave Sexton menggantikan Docherty di musim panas 1977 dan membuat tim bermain lebih defensif. Gaya bermain ini tidak disukai suporter, mereka lebih menyukai gaya menyerang Docherty dan Busby. Beberapa pemain dibeli Sexton seperti Joe Jordan, Gordon McQueen, Gary Bailey dan Ray Wilkins, namun tidak dapat mengangkat United menembus ke papan atas, hanya sekali finis diurutan kedua, dan hanya sekali lolos ke babak final Piala FA, dikalahkan Arsenal. Karena tidak meraih gelar, Sexton dipecat pada tahun 1981, walaupun ia memenangkan 7 pertandingan terakhirnya.
Dia digantikan manager flamboyan Ron Atkinson. Dia memecahkan rekor transfer di Inggris dengan membeli Bryan Robson dari West Brom. Robson disebut-sebut merupakan pemain tengah terbaik sepeninggal Duncan Edwards. Tim Atkinson memiliki pemain baru seperti Jesper Olsen, Paul McGrath dan Gordon Strachan yang bermain bersama Norman Whiteside dan Mark Hughes. United memenangkan Piala FA 2 kali dalam 3 tahun, pada 1983 dan 1985, dan diunggulkan untuk memenangkan liga musim 1985–86 setelah memenangkan 10 pertandingan liga pertamanya, membuka jarak 10 poin dengan saingan terdekatnya sampai Oktober 1986. Penampilan United kemudian menjadi buruk dan United mengakhiri musim di urutan 4 klasemen. Hasil buruk United terus berlanjut sampai akhir musim dan dengan hasil yang buruk yaitu diujung batas degradasi, pada November 1986, Atkinson dipecat. Setelah itu United merekrut pelatih baru, yaitu Sir Alex Ferguson.

sumber : wikipedia

Prince of Persia : the two thrones

Prince of Persia: The Two Thrones is an action-adventure computer and video game developed and published by Ubisoft Montreal. It was released in December, 2005 in North America for the Xbox, Microsoft Windows, PlayStation 2, and the Nintendo GameCube. It was ported to the PlayStation Portable and Wii[1], under the title Prince of Persia: Rival Swords with the Wii version utilizing the motion-sensing functionality of its controller. A remastered, High-Definition, version of The Two Thrones was released on the PlayStation Network for the PlayStation 3 on December 21, 2010.[2]

Setting

Prince of Persia: The Two Thrones follows the second ending of Prince of Persia: Warrior Within, in which the Prince kills the Dahaka, essentially saving Kaileena. The game opens with the Prince and Kaileena about to sail into Babylon's port. Kaileena offers narration of the events passed and the story following, similar to the Prince's role as both protagonist and narrator in The Sands of Time.

Synopsis

 

After the events of the previous game, the Prince (voiced by Yuri Lowenthal) and Kaileena return to Babylon. As the Prince's vessel nears the shores of the city, he removes the medallion from his chestplate and drops it into the sea. Upon returning to Babylon, he is horrified to find that the city is currently being ravaged by war. His ship is attacked and he and Kaileena are thrown overboard, with Kaileena taken prisoner after drifting ashore. He then tries to rescue Kaileena, but ultimately, finds his old enemy the Vizier once again alive and is held prisoner while the Vizier kills Kaileena with the Dagger of Time, unleashing the Sands of Time once more and taking them into the Dagger. The Vizier then impales himself with the Dagger, making himself immortal. The Prince is also affected, having a whip-like weapon known as a Daggertail embedded in his skin when the Sands infect the wound. However in the confusion of his transformation the Vizier drops the Dagger and the Prince manages to steal it and escape before he is totally infected by the Sands.
Through mischance during his escape, the Prince finds himself cast into the sewers and carried to the outskirts of Babylon. As the Prince travels through the city once again to kill the Vizier, he realizes that by taking Kaileena from the Island of Time, his adventures in Azad never happened, thus, he never killed the Vizier. He also finds that his infection by the Sands of Time have affected his mind. He has essentially been split into two personalities: one which, for the most part, strives to do good, although is fueled by vengeance, and the Dark Prince (voiced by Rick Miller), manifested by an internal voice that speaks to the Prince. The Dark Prince is cold, cruel, arrogant, and sarcastic, and attempts to convince the Prince that they are the same person, and that the Prince should strive to serve only himself, using the Prince's vengeance as a catalyst for his other emotions. On many occasions, the Dark Prince seizes control of the Prince's body and the Prince is fully transformed into a kind of hybrid sand monster with abilities that allow the Prince to pass otherwise insurmountable obstacles.
While searching for the Vizier, the Prince encounters Farah (voiced by Helen King), who does not remember him, and is surprised that the Prince knows her name. Despite this, the pair begin to grow an entirely new romance together. The Prince eventually starts to ignore the Dark Prince, and begins to fight for the suffering of his people, which the Dark Prince had always spoken against. When the Prince finally confronts the Vizier, the Vizier captures Farah and casts the Prince into an ancient well, where the long silent Dark Prince emerges once again and tries to take permanent control. The Prince desperately tries to resist the Dark Prince, driving slowing deeper into the well looking for an escape, but he slowly weakens. At the very bottom of the well the Prince finds his father's dead body and the Dark Prince tries mocks the Prince in another attempt at control, but instead the Prince accepts the consequences of what he has done, thus silencing the Dark Prince and regaining full control of himself.
Armed with his father's sword, the Prince escapes the well, and once again confronts the Vizier and kills him with a stab to the heart with the Dagger of Time. The Sands of Time released from the dead Vizier slowly takes the shape of Kaileena and she cleanses the Prince of his infection by the Sands of Time, and all his wounds. As the Prince leans down to reach for his father's crown, which the Vizier had worn, he is confronted by the Dark Prince, who draws the Prince into his mind, where the two struggle for control, ending with the Dark Prince ultimately being silenced. The Prince then awakens in Farah's embrace. Farah then asks the Prince how he really knew her name. He replies,
"Most people think time is like a river, that flows swift and sure in one direction. But I have seen the face of time, and I can tell you, they are wrong. Time is an ocean in a storm. You may wonder who I really am, and why I say this. Come, and I will tell you a tale like none you have ever heard."
This is the same line the Prince narrates at the beginning of the first game of the trilogy, indicating that the entire trilogy has been the Prince telling Farah the story of his adventures. Reinforcing this is a high-definition rendering of the opening moments of The Sands of Time.[3]

Gameplay

The Two Thrones combines exploration and combat. Both elements make use of the Prince's acrobatic capability and agility. Throughout much of the game, the player must attempt to traverse the palace by running across walls, ascending or descending chasms by jumping back and forth between walls, avoiding traps, climbing structures and jumping from platform to platform, making other types of well-timed leaps, solving puzzles, and using discovered objects to progress.
During combat, many of the same moves vital to the player in other situations can be put to use to overpower enemies. An example is the ability of the Prince to rebound off walls in order to strike enemies decisively. The player generally attacks enemies and blocks using a dagger, although other objects/factors, such as the Dagger of Time and its time-control abilities eventually prove to be critical to victory.
In The Two Thrones, the Prince's acrobatic skills have improved. He is now able to launch himself off walls at 45 degree angles at strategically placed vertical shutters, slide down chutes, and balance on swinging poles, among other things. The designers have also improved the stealth system. Instead of merely being able to do more damage when striking without being seen, The Two Thrones uses a speed-kill system. If the player does not complete the speed kill, the enemy knocks him off and the speed kill fails. The amount of moves or the length of time required depends on how strong the opponents are. The same system is also used in some of the boss battles.
The Prince also develops a split personality, known as the Dark Prince, and this alter-ego constantly bickers with him in his mind about right and wrong. At times, the Prince physically transforms into the Dark Prince. These transformations are scripted and not controlled by the player. During these times, however, the Prince retains control of his body, and the player still has control over the character. For the most part, the Prince's dark side is simply an inner voice.
When controlling the Dark Prince, the player loses the ability to wield a secondary weapon, instead using the "Daggertail", a bladed whip fused to his arm. This allows medium range combat moves and new interactions with the environment. The Dark Prince also constantly loses health as a result of the semi-transformation, with eventual death from the loss. He goes back to full health whenever he collects Sand, from either a monster or object. Also, his Daggertail gives him a different button combination for speed kills, in which he strangles his victims. Coming into contact with water will allow the Prince to return to normal.

Development and production

The developers of The Two Thrones stated that they were aiming to make the game an equal blend of Ubisoft's two previous Prince of Persia titles. The first game, The Sands of Time, was relatively light in mood, while the second, Warrior Within, was significantly darker.
Yuri Lowenthal was confirmed to reprise his role as the voice actor for the Prince. Yuri was also the voice actor for the Prince in The Sands of Time. The Dark Prince was voiced by Rick Miller. Stuart Chatwood and Inon Zur, the composers from Warrior Within, both returned to compose the game's score, which has been described as "having Persian influences, but being much more epic than Sands of Time".
Many official videos were released involving humor, such as the bloopers of the mechanics (in a pre-rendered format) and "real-life" training.

Reception

he title garnered generally favourable reviews, receiving an average of 85% on all four platforms on Metacritic.[4] IGN awarded the game a score of 8.8 out of 10, praising the title's graphics, sound and presentation, whilst criticising the title's length, calling the extras "easy to get".[5] GamesRadar awarded the title a score of 9 out of 10, calling it "a stellar return to form for Prince of Persia," praising the clever design and humour.[6] Also impressed, GameSpy awarded the game 4 out of 5 stars.[7] Mygamer.com were less impressed, giving the game a score of 7.4 out of 10 calling it "nothing more than a refinement of a solid formula", but admitted the game had "breathtaking visuals".[8]
The Wii re-release of the title was met with mixed reviews, achieving a score of 70% on Metacritic.[9]. IGN awarded the Wii re-release a score of 7.1 out of 10, claiming the new control set up occasionally worsens the experience, but at times vastly improves it as well.[10]

sumber : wikipedia

stronghold crusader extreme

Stronghold: Crusader Extreme adalah update dari ekspansi permainan video Stronghold, Stronghold: Crusader, oleh Firefly Studios. Crusader Extreme berlatarkan Timur Tengah pada zaman Perang Salib.
Stronghold Crusader Extreme memberikan tambahan angkatan bersenjata yang lebih besar yaitu 10.000 tentara, bangunan dan misi baru.

sumber : wikipedia facebook

Rabu, 01 Juni 2011

FC Barcelona

FC Barcelona - juga dikenal sebagai Barça, adalah sebuah klub olahraga di Barcelona, Katalonia, Spanyol yang mempunyai klub-klub dalam beberapa cabang olahraga, namun yang paling terkenal adalah sepak bola.
Didirikan pada 1899 oleh 12 pemain sepak bola berasal dari Swiss, Inggris, dan Spanyol dibawah pimpinan Joan Gamper. FC Barcelona memiliki motto "Barca bukan hanya sekedar klub" (El Barça, és més que un club) serta memiliki himne yang berjudul "El Cant del Barca" yang diciptakan oleh Jaume Picas and Josep Maria Espinàs. Tidak seperti klub sepak bola pada umumnya, FC Barcelona benar-benar milik dan dioperasikan oleh para suporternya. Stadion utamanya berada di Camp Nou, Barcelona.
Klub ini masuk menjadi peserta Primera División (Divisi Utama) sejak tahun 1928, dan bersama-sama Real Madrid dan Athletic Bilbao menjadi tim yang tak pernah terdegradasi ke Segunda División (Divisi Dua). Klub ini juga menjadi klub yang menjuarai liga Spanyol pertama kali. Dengan persembahan 21 gelar Liga Spanyol, 25 gelar Copa del Rey, 9 gelar Piala Super Spanyol, 4 gelar Liga Champions Eropa, 4 gelar Piala UEFA, 2 gelar Piala Super Eropa, FC Barcelona menjadi salah satu tim tersukses di Spanyol, Eropa, dan dunia. Bukti paling nyata ketika pada tahun 2009 FC Barcelona berhasil menjadi klub Spanyol pertama yang berhasil meraih gelar Treble (juara La Liga, Copa del Rey, dan Liga Champions). Dilanjutkan dengan raihan gelar Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa dan FIFA Club World Cup untuk melengkapi raihan gelarnya menjadi Sextuples. Barcelona merupakan klub sepak bola pertama di dunia yang melakukan raihan ini. Fans Barca juga sering dipanggil Culés.

sumber : wikipedia